Tafsir Al-fatihah Makkiyah/ madaniyah 7 ayat. نحمدك اللهم حمد الشاكرين، حمدا كثيرا طيبا مباركا فيه، ملء السموات، وملء الأرض، ومل...
Tafsir Al-fatihah
Makkiyah/ madaniyah 7 ayat.
نحمدك اللهم حمد الشاكرين، حمدا
كثيرا طيبا مباركا فيه، ملء السموات، وملء الأرض، وملء ما بينهما، وملء ما شئت من
شيء بعد، سبحانك لا علم لنا إلا ما علمتنا إنك أنت العليم الحكيم.
وصلاة وسلاما دائمين متلازمين على نبينا
محمد عبد الله ورسوله، خير من قرأ كتاب الله، وخير من فسره، وخير من عمل به.
Faidah –faidah :
Surat Al-fatihah ini adalah surat pertama yang diturunkan oleh
Allah SWT dimana terdalamnya terdapat keajaiban dan hikmah yang bisa dipetik
oleh manusia. Karena surat ini dibaca berulang-ulang bahkan tidak ada dari
setiap muslim kecuali pasti mereka membaca surat ini, karena surat ini dibaca
setiap kali shalat 5 waktu.
Rasulullah SAW bersabda :
عَن أبي سعيد بن الْمُعَلَّى قَالَ
مر بِي رَسُول الله وَأَنا أُصَلِّي فدعاني فَلم آته حَتَّى صليت ثمَّ أَتَيْته
فَقَالَ لي مَا مَنعك أَن تَأتِينِي قلت كنت أُصَلِّي فَقَالَ ألم يقل الله عز
وَجل ( {يَا أَيهَا الَّذين آمنُوا اسْتجِيبُوا لله وَلِلرَّسُولِ} ) قَالَ أَلا
أعلمك أعظم سُورَة فِي الْقُرْآن قبل أَن أخرج من الْمَسْجِد فَذهب ليخرج فَذَكرته
فَقَالَ الْحَمد لله رب الْعَالمين هِيَ السَّبع المثاني وَالْقُرْآن الْعَظِيم
الَّذِي أُوتِيتهُ
Artinya : “ dari abi said bin mu’alli berkata : “ Rasulullah SAW
melintas dari ku sedangkan aku sedang shalat, maka beliau memanggilku namun aku
tidak mendatanginya sampai aku selesai shalat. Kemudian aku mendatanginya dan
beliau SAW bersabda kepadaku : “ apa yang mencegah kamu mendatangiku?”. Aku
berkata : “ tadi aku sedang shalat Ya Rasulullah”. Rasul bersabda : “bukankah
Allah SWT berfirman : “ wahai orang-orang yang beriman jawablah seruan Allah
dan Rasulnya”. (al-anfal 24). Rasul
bersabda : “ maukah aku ajarkan kepadamu sesuatu surat yang paling agung dalam
Qur’an sebelum engkau keluar dari masjid ini, maka Rasul bersabda : “ Alhamdulillahi
rabbil ‘alamin itu adalah sab’ul matsani dan Qur’anul Adzim yang diturunkan
Allah SWT kepadaku” (fadhailul Qur’an nasa’i).
Dalam riwayat lain :
عَن أنس بن مَالك قَالَ كَانَ
النَّبِي فِي مسير لَهُ فَنزل وَنزل رجل إِلَى جَانِبه فَالْتَفت إِلَيْهِ النَّبِي
فَقَالَ أَلا أخْبرك بِأَفْضَل الْقُرْآن قَالَ فَتلا عَلَيْهِ ( {الْحَمد لله رب
الْعَالمين} )
Artinya : “ dari anas bin malik berkata : adalah Nabi SAW dalam
perjalanan, maka beliau berteduh dan berteduh pula seorang laki-laki
disebelahnya, maka Rasul menoleh kepadanya dan berkata : “ maukah aku
beritahukan kepadamu apa yang paling utama didalam Al-Qur’an : “ maka Rasul
membacakan : “ Alhamdulillahirabbil ‘alamin”. (fadhailul Qur’an nasai).
Dalam riwayat lain menyebutkan tentang keutamaan fatihah :
قال الله تبارك وتعالى : قسمت الصلاة - يعني
الفاتحة - بيني وبين عبدي نصفين : فنصفها لي ونصفها لعبدي ولعبدي ما سأل ) وقال
رسول الله صلى الله عليه وسلم : ( اقرؤوا : يقول العبد : الحمد لله رب العالمين
يقول الله تعالى : حمدني عبدي ويقول العبد : الرحمن الرحيم يقول الله : أثنى علي
عبدي ويقول العبد : مالك يوم الدين يقول الله تعالى : مجدني عبدي يقول العبد : إياك نعبد وإياك نستعين [ قال ] : فهذه بيني
وبين عبدي ولعبدي ما سأل يقول العبد : اهدنا الصراط المستقيم صراط الذين أنعمت
عليهم غير المغضوب عليهم ولا الضالين [ قال ] : فهؤلاء لعبدي ولعبدي ما سأل
Artinya : “Allah SWT berfirman (dalam hadits
Qudsiy): “AKU membagi shalat –maksudnya Al-Fathihah- untuk-KU dan untuk
hamba-KU ke dalam 2 bagian dan bagi hamba-KU apa yg ia minta. Maka bersabda
Nabi SAW: Berkata hamba (الحمد لله رب العالمين) maka Allah SWT berfirman: hamba-KU telah
memuji-KU. Lalu berkata hamba: (الرحمن
الرحيم)
maka Allah SWT berfirman: hamba-KU telah memuja-KU. Lalu berkata hamba: (مالك يوم الدين)
maka Allah SWT berfirman: hamba-KU telah memuliakan-KU. Lalu berkata hamba: (إياك نعبد وإياك نستعين)
maka Allah SWT berfirman: Inilah antara AKU dan hamba-KU dan bagi hamba-KU apa
yang ia pinta. Maka berkata hamba: (إهدنا
الصراط المستقيم صراط الذين أنعمت عليهم غير المغضوب عليهم ولا الضالين) maka Allah SWT berfirman: Itu semua untuk
hamba-KU dan bagi hamba-KU apa yang ia minta.” (HR. Muslim)
اِنْتَهَيْتُ
إِلَى رَسُوْلِ
اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَقَدْ إِهْرَاقَ
الْمَاءَ
فَقُلْتُ السَّلاَمُ عَلَيْكَ يَا رَسُوْلَ اللهِ فَلَمْ يَرُدَّ
عَلَيَّ
فَقُلْتُ: السَّلاَمُ عَلَيْكَ يَا رَسُوْلَ اللهِ فَلَمْ يَرُدَّ
عَلَيَّ
فَقُلْتُ السَّلاَمُ عَلَيْكَ يَا رَسُوْلَ اللهِ فَلَمْ يَرُدَّ
عَلَيَّ
فَانْطَلَقَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
يَمْشِيْ
وَأَنَا خَلْفَهُ حَتَّى دَخَلَ عَلَى رَحْلِهِ وَدَخَلْتُ أَنَا
الْمَسْجِدَ
فَجَلَسْتُ كَئِيْبًا حَزِيْنًا فَخَرَجَ عَلَيَّ رَسُوْلُ
اللهِ صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَدْ تَطَهَّرَ فَقَالَ : عَلَيْكَ
السَّلاَمُ
وَرَحْمَةُ اللهِ وَ عَلَيْكَ السَّلاَمُ وَرَحْمَةُ اللهِ و
عَلَيْكَ
السَّلاَمُ وَرَحْمَةُ اللهِ ثُمَّ قَالَ اَلاَ أُخْبِرُكَ يَا
عَبْدَ اللهِ
بْنَ جَابِرٍ بِخَيْرِ سُوْرَةٍ فِيْ الْقُرْآنِ قُلْتُ بَلَى
يَا رَسُوْلَ
اللهِ قَالَ: اِقْرَأْ الْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ
حَتَّى
تَخْتِمَهَا
“Aku tiba kepada
Rasulullah -Shallallahu ‘alaihi wa sallam- , sedang beliau mengalirkan air. Aku
berkata, “Assalamu alaika, wahai Rasulullah”. Maka beliau tak menjawab salamku
(sebanyak 3 X). Kemudian Rasulullah -Shallallahu ‘alaihi wa sallam- berjalan,
sedang aku berada di belakangnya sampai beliau masuk ke kemahnya, dan aku masuk
ke masjid sambil duduk dalam keadaan bersedih. Maka keluarlah Rasulullah
-Shallallahu ‘alaihi wa sallam- menemuiku, sedang beliau telah bersuci seraya
bersabda, “Alaikas salam wa rahmatullah (3 kali)”. Kemudian beliau bersabda,
“Wahai Abdullah bin Jabir, maukah kukabarkan kepadamu tentang sebaik-baik surat
di dalam Al-Qur’an”. Aku katakan, “Mau ya Rasulullah”. Beliau bersabda,
“Bacalah surat Alhamdulillahi Robbil alamin (yakni, Surat Al-Fatihah) sampai
engkau menyelesaikannya“. [HR. Ahmad dalam
Al-Musnad (4/177)
Al-Qur’an
seluruhnya bisa digunakan dalam meruqyah. Namun secara khusus Al-Fatihah pernah
dipergunakan oleh para sahabat dalam meruqyah sebagian orang yang tergigit
kalajengking. Dengan berkat pertolongan Allah, orang yang digigit kalajengking
tersebut sembuh kala itu juga.
Sekarang
kita dengarkan kisahnya dari sahabat Abu Sa’id Al-Khudriy -radhiyallahu ‘anhu-
ketika beliau berkata,
انْطَلَقَ
نَفَرٌ مِنْ
أَصْحَابِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِيْ
سَفْرَةٍ
سَافَرُوْهَا حَتَّى نَزَلُوْا عَلَى حَيٍّ مِنْ أَحْيَاءِ
الْعَرَبِ
فَاسْتَضَافُوْهُمْ فَأَبَوْا أَنْ يُضَيِّفُوْهُمْ فَلُدِغَ
سَيِّدُ ذَلِكَ
الْحَيِّ فَسَعَوْا لَهُ بِكُلِّ شَيْءٍ لاَ يَنْفَعُهُ
شَيْءٌ فَقَالَ
بَعْضُهُمْ: لَوْ أَتَيْتُمْ هَؤُلاَءِ الرَّهْطَ
الَّذِيْنَ نَزَلُوْا
لَعَلَّهُ أَنْ يَكُوْنَ عِنْدَ بَعْضِهِمْ شَيْءٌ
فَأَتَوْهُمْ
فَقَالُوْا: يَا أَيُّهَا الرَّهْطُ إِنَّ سَيِّدَنَا لُدِغَ
وَسَعْيُنَا
لَهُ بِكُلِّ شَيْءٍ لاَ يَنْفَعُهُ فَهَلْ عَنْدَ أَحَدٍ
مِنْكُمْ مِنْ
شَيْءٍ ؟ فَقَالَ بَعْضُهُمْ: نَعَمْ وَاللهِ إِنِّيْ
لأَُرْقِي
وَلَكِنْ وَاللهِ لَقَدْ اسْتَضَفْنَاكُمْ فَلَمْ تُضَيِّفُوْنَا
فَمَا أَنَا
بِرَاقٍ لَكُمْ حَتَّى تَجْعَلُوْا لَنَا جُعْلاً
فَصَالَحُوْهُمْ
عَلَى قَطِيْعٍ مِنَ الْغَنَمِ فَانْطَلَقَ يَتْفُلُ
عَلَيْهِ
وَيَقْرَأُ { الْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ
} . فَكَأَنَّمَا
نُشِطَ مِنْ عِقَالٍ فَانْطَلَقَ يَمْشِي وَمَا بِهِ قَلَبَةٌ
. قَالَ:
فَأَوْفَوْهُمْ جُعْلَهُمُ الَّذِيْ صَالَحُوْهُمْ عَلَيْهِ
فَقَالَ
بَعْضُهُمْ: اقْسِمُوْا فَقَالَ الَّذِيْ رَقِيَ: لاَ تَفْعَلُوْا
حَتَّى نَأْتِيّ
النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَنَذْكُرَ
لَهُ الَّذِيْ
كَانَ فَنَنْظُرَ مَا يَأْمُرُنَا فَقَدِمُوْا عَلَى
رَسُوْلِ اللهِ
فَذَكَرُوْا لَهُ فَقَالَ: وَمَا يُدْرِيْكَ أَنَّهَا
رُقْيَةٌ .
ثُمَّ قَالَ: قَدْ أَصَبْتُمْ اقْسِمُوْا وَاضْرِبُوْا لِيْ
مَعَكُمْ سَهْمًا
. فَضَحِكَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ
Artinya : ” Ada beberapa orang
dari kalangan sahabat Nabi -Shallallahu ‘alaihi wa sallam- pernah berangkat
dalam suatu perjalanan yang mereka lakukan sampai mereka singgah pada suatu
perkampungan Arab. Mereka pun meminta jamuan kepada mereka. Tapi mereka enggan
untuk menjamu mereka (para sahabat). Akhirnya, pemimpin suku itu digigit
kalajengking. Mereka (orang-orang kampung itu) telah mengusahakan segala
sesuatu untuknya. Namun semua itu tidak bermanfaat baginya. Sebagian diantara
mereka berkata, “Bagaimana kalau kalian mendatangi rombongan (para sahabat)
yang telah singgah. Barangkali ada sesuatu (yakni, obat) diantara
mereka”.Orang-orang itu pun mendatangi para sahabat seraya berkata, “Wahai para
rombongan, sesungguhnya pemimpin kami tersengat, dan kami telah melakukan
segala usaha, tapi tidak memberikan manfaat kepadanya. Apakah ada sesuatu
(obat) pada seorang diantara kalian?” Sebagian sahabat berkata, “Ya, ada. Demi
Allah, sesungguhnya aku bisa me-ruqyah. Tapi demi Allah, kami telah meminta
jamuan kepada kalian, namun kalian tak mau menjamu kami. Maka aku pun tak mau
me-ruqyah kalian sampai kalian mau memberikan gaji kepada kami”. Merekapun
menyetujui para sahabat dengan gaji berupa beberapa ekor kambing. Lalu seorang
sahabat pergi (untuk me-ruqyah mereka) sambil memercikkan ludahnya kepada
pimpinan suku tersebut, dan membaca, “Alhamdulillah Robbil alamin (yakni,
Al-Fatihah)”. Seakan-akan orang itu terlepas dari ikatan. Maka mulailah ia
berjalan, dan sama sekali tak ada lagi penyakit padanya. Dia (Abu Sa’id)
berkata, “Mereka pun memberikan kepada para sahabat gaji yang telah mereka
sepakati. Sebagian sahabat berkata, “Silakan bagi (kambingnya)”. Yang me-ruqyah
berkata, “Janganlah kalian lakukan hal itu sampai kita mendatangi Nabi
-Shallallahu ‘alaihi wa sallam-, lalu kita sebutkan kepada beliau tentang
sesuatu yang terjadi. Kemudian kita lihat, apa yang beliau perintahkan kepada
kita”. Mereka pun datang kepada Rasulullah -Shallallahu ‘alaihi wa sallam-
seraya menyebutkan hal itu kepada beliau. Maka beliau bersabda, “Apa yang
memberitahukanmu bahwa Al-Fatihah adalah ruqyah?” Kemudian beliau bersabda
lagi, “Kalian telah benar, silakan (kambingnya) dibagi. Berikan aku bagian
bersama kalian”. Lalu Nabi -Shallallahu ‘alaihi wa sallam- tertawa“. [HR. Al-Bukhoriy (2156), Muslim (2201)]
Satu
lagi diantara fadhilah Al-Fatihah, ia disebut dengan cahaya, karena di dalamnya
terdapat petunjuk bagi seorang muslim dalam semua urusannya. Jika kita mengkaji
Al-Fatihah secara mendalam, maka kita akan mendapat banyak faedah dan petunjuk.
Oleh karena itu, sebagian ulama’ telah menulis kitab khusus menafsirkan
Al-Fatihah dan mengeluarkan mutiara hikmahnya yang berisi pelita yang menerangi
kehidupan kita.
Ibnu
Abbas -radhiyallahu ‘anhu- berkata,
بَيْنَمَا
جِبْرِيْلُ
قَاعِدٌ عِنْدَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
سَمِعَ
نَقِيْضًا مِنْ فَوْقِهِ فَرَفَعَ رَأْسَهُ فَقَالَ: هَذَا بَابٌ
مِنَ السَّمَاءِ
فُتِحَ الْيَوْمَ لَمْ يُفْتَحْ قَطُّ إِلاَّ الْيَوْمَ
فَنَزَلَ مِنْهُ
مَلَكٌ فَقَالَ: هَذَا مَلَكٌ نَزَلَ إِلَى اْلأَرْضِ لَمْ
يَنْزِلُ قَطُّ
إِلاَّ الْيَوْمَ فَسَلَّمَ وَقَالَ: أَبْشِرْ
بِنُوْرَيْنِ
أُوْتِيْتَهُمَا لَمْ يُؤْتَهُمَا نَبِيٌّ قَبْلَكَ:
فَاتِحَةَ
الْكِتَابِ وَخَوَاتِيْمَ سُوْرَةِ الْبَقَرَةِ لَنْ تَقْرَأَ
بِحَرْفٍ
مِنْهُمَا إِلاَّ أُعْطِيْتَهُ
Artinya : “Tatkala Jibril
duduk di sisi Nabi -Shallallahu ‘alaihi wa sallam- , maka ia mendengarkan suara
(seperti suara pintu saat terbuka) dari atasnya. Maka ia (Jibril) mengangkat
kepalanya seraya berkata, “Ini adalah pintu di langit yang baru dibuka pada
hari ini; belum pernah terbuka sama sekali, kecuali pada hari ini”. Lalu
turunlah dari pintu itu seorang malaikat seraya Jibril berkata, “Ini adalah
malaikat yang turun ke bumi; ia sama sekali belum pernah turun, kecuali pada
hari ini”. Malaikat itu pun memberi salam seraya berkata, “Bergembiralah dengan
dua cahaya yang diberikan kepadamu; belum pernah diberikan kepada seorang nabi
sebelummu, yaitu Fatihatul Kitab, dan ayat-ayat penutup Surat Al-Baqoroh.
Tidaklah engkau membaca sebuah huruf dari keduanya, kecuali engkau akan diberi“. [HR. Muslim dalam Shahih-nya (806), dan
An-Nasa’iy (912)]
Al-Fatihah
adalah kewajiban bagi setiap orang yang mengerjakan sholat, baik ia imam,
makmum, atau pun munfarid (sholat sendiri). Barangsiapa yang tak membacanya,
maka sholatnya tak sah.
Nabi
-Shallallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda,
مَنْ
صَلَّى صَلاَةً
لَمْ يَقْرَأْ فِيْهَا بِأُمِّ الْقُرْآنِ فَهِيَ خِدَاجٌ
ثَلاَثًا غَيْرُ
تَمَامٍ فَقِيْلَ لِأَبِيْ هُرَيْرَةَ: إِنَّا نَكُوْنُ
وَرَاءَ
اْلإِمَامِ فَقَالَ: اِقْرَأْ بِهَا فِيْ نَفْسِكَ فَإِنِّيْ
سَمِعْتُ
رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُوْلُ: قَالَ
اللهُ تَعَالَى:
قَسَّمْتُ الصَّلاَةَ بَيْنِيْ وَبَيْنَ عَبْدِيْ
نِصْفَيْنِ
وَلِعَبْدِيْ مَا سَأَلَ
“Barangsiapa yang
melakukan sholat, sedang ia tak membaca Ummul Qur’an (Al-Fatihah) di dalamnya,
maka sholatnya kurang (3X), tidak sempurna”. Abu Hurairah ditanya, “Bagaimana
kalau kami di belakang imam”. Beliau berkata, “Bacalah pada dirimu (yakni,
secara sirr/pelan), karena sungguh aku telah mendengar Rasulullah -Shallallahu
‘alaihi wa sallam- bersabda, “Allah -Ta’ala- berfirman, “Aku telah membagi
Sholat (yakni, Al-Fatihah) antara Aku dengan hamba-Ku setengah, dan hamba-Ku
akan mendapatkan sesuatu yang ia minta”. [HR. Muslim (395), Abu Dawud (821), At-Tirmidziy
(2953), An-Nasa’iy (909), dan Ibnu Majah (838)]
Syaikh nazim Al-haqqani berkata : “Surat
al-Fatihah, Surat Pembuka dari al-Qur’an, turun dua kali, sekali di Makkah dan sekali di Madinah. Apakah alasan
Allah menurunkan surat ini dua kali?” Karena surat al-Fatihah adalah surat yang
paling penting dalam al-Qur’an. Menurut riwayat semua kitab suci telah tercakup
dalam al-Qur’an dan semua makna dalam al-Qur’an terdapat dalam surat
al-Fatihah. Dengan demikian jika seseorang membaca surat al-Fatihah,
seolah-olah dia telah membaca seluruh kitab suci dan juga al-Qur’an! Surat al
Fatihah berisi Injil, Taurat, Zabur, 100 halaman yang diturunkan sebelum
turunnya kitab-kitab suci itu, dan seluruh al-Qur’an. Sehingga kita diperintahkan
membaca surat al-Fatihah dalam setiap shalat. Jika seseorang membaca al-Qur’an
sebanyak 7 kali tanpa surat al-Fatiha, dia belum bisa mencapai pahala orang
yang membaca surat al-Fatiha sekali!
Al-imam
Al-allamah suyuti mengatakan dalam Al-itqannya bahwa semakin banyak nama
surat maka semakin tinggi derajat surat tersebut. Dijelaskan didalam kitabnya
bahwa nama surat ini lebih dari 20. insyaAllah akan saya sebutkan disini
sebagai berikut :
Disebutkan
oleh imam suyuti dalam kitabnya :
- fatihatul kitab
- fatihatul quran
- ummul kitab
- al-qur’anul ‘adzim
- sab’ul matsani
- al-wafiyah
- al-kanz
- al-kafiyah
- al-asas
- annur
- al-hamd
- assyukr
- al-hamd ula
- al-hamd qusra
- arruqyah
- asyifa
- asyafiyah
- assholat
- addu’a
- assu’al
- atta’lim
- al-munajah
- attafwid
Namun belum
beliau sebutkan lagi lebih dari ini, mungkin imam suyuti Rahimahullah telah
menulis dalam karangannya yang lain yang belum sempat saya abaca dan temukan.
Wallahua’lam.
Tafsir
Lughowi (bahasa)
بِسْمِ
اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ
“ dengan nama Allah SWT yang Maha pengasih
Lagi Maha Penyayang”
Makna huruf
Ba :
Menurut
ulama Nahu tentang masalah ba’ ini ada beberapa pendapat :
وبِسْم : جارٌّ ومجرور ،
والباء هنا للاستعانة ، لأنَّ المعنى : أقرأ مستعيناً بالله
Artinya : “ bismi : jar majrur : ba’ disini adalah isti’anah
(minta tolong), maka maknanya adalah : “ aku membaca ini dengan meminta tolong
kepada Allah SWT”. (salim halbi – durrul
masun).
Prof. Dr. wahbah zuhaili menyebutkan dalam
tafsir munirnya :
الباء من بِسْمِ اللَّهِ زائدة
بمعنى الإلصاق، والراجح أنها بمعنى الاستعانة، والجار والمجرور خبر مبتدأ محذوف
عند البصريين، وتقديره: ابتدائي بسم اللّه، أي كائن باسم اللّه، أو في موضع نصب
بفعل مقدر عند الكوفيين، وتقديره: ابتدأت بسم اللّه.
Artinya : “ huruf ba dari kalimat bismillah, merupakan ba’ zaidah
(tambahan saja) dengan makna ilsok (nempel). Yang lebih kuat bahwasanya ba
tersebut maknanya minta pertolongan. Dan jar-majrur itu sebagai khabar dari
mubtada mahdzuf (dibuang) menurut ulama bashrah. Taqdirnya adalah : “ aku
memulai dengan pertolongan Allah SWT”.
Atau dengan mahal nashab seperti pendapat ulama kuffah : taqdirnya : “
aku memulai dengan bismillah”. (tafsir
munir).
Ada juga ulama yang mengartikan ba’ nya
bermakna mushohabah (kebersamaan) :
فَنَقُولُ
أَنَّ حَرْفَ البَاءَ فىِ البسْمَلَةِ إِمَّا لِلْمُصَاحَبَةِ عَلىَ وَجْهِ
التَّبَارُكِ أَوِْللأِسْتِعَانَةِ كَذَلِكْ وَلاَمَانِع مِنَ الأِسْتِعَانَةِ
بِاِسْمِهِ تَعَالَى كَمَايُسْتَعَانُ بِذَاتِهِ.
Maka
kami katakan bahwa huruf Ba pada permulaan kalimat Bismillah adakalanya
mengandung arti kebersamaan dengan Allah dari sisi memohon keberkahan dengan
menyebut nama Allah, adakalanya juga mengandung arti memohon pertolongan pada
Dzat Allah dengan menyebut nama Nya, dan tidak terlarang memohon pada nama
Allah Swt sebagaimana memohon pertolongan pada Dzat Nya.
وَالأَوْلىَ
جَعْلُهَا لِلْمُصَاحَبَةِ عَلىَ وَجْهِ التَّبَارُكِ أَوْ عَلىَ وَجْهِ
الأِسْتِعَانَةِ بِذَاتِه تَعَالىَ ِلأَنَّ جَعْلَهَا لِلأِسْتِعَانَةِ بِاِسْمِهِ
إِسَاءَةُ الأَدَابِ.
Dan
yang paling utama adalah menafsirkan arti huruf Ba tersebut dengan arti
kebersamaan dari sisi memohon keberkahan dengan menyebut nama Allah Swt. Atau
dengan arti memohon pertolongan pada Dzat Allah, karena memohon pertolongan
pada nama Allah adalah perbuatan tercela yang tercela.
Maka
dikatakan oleh sebagian ulama :
وَمَعْنَى
الباَءِ الإِشاَرِىُّ بِى كَانَ مَاكَانَ وَبِى يَكوُنُ مَايَكوُنُ وَحِيْنَئِذٍ
يَكوُنُ فىِ البَاءِ إِشَارَةٌ اِلىَ جَمِيْعِ العَقَائِدِ ِلأَنَّ المُرَادَ بِى
وَجَدَ مَاوَجَدَ وَبِى يوُجَدُ مَايوُجَدُ
Makna
huruf Ba dari sisi isyarat yang terkandung di dalamnya adalah Allah Swt
berkata, “Olehku telah terjadi sesuatu telah terjadi, olehku pula akan
terjadi sesuatu akan terjadi” dari arti ini huruf Ba merupakan pertanda dari
semua unsur aqidah, karena sesungguhnya yang di maksudkan dari aqidah itu
adalah : “Olehku ( Allah ) telah terwujud sesuatu yang telah terwujud, olehku
pula akan terwujud sesuatu yang akan terwujud”.
Didalam kitab kifayatul Atqiya : huruf ba’
dibariskan kasrah maka maknanya kita harus senantiasa merendahkan diri kita
dihadapan Allah SWT, dan huruf alif pada kalimat isim itu melambangkan
kesombongan, sehingga huruf alif pada kalimat bismillah yang pertama kali itu
dihapus.
فَنَقُولُ
أَنَّ مِمَّايَتَعَلَقُ بِالبَسْمَلَةِ مِنَ المَعاَنىِ الدَّقِيْقَةِ ماَقِيْلَ ؛
إِنَّ الباَءَ بَهاَءُ اللهِ وَالسِّيْنُ سَناَءُ اللهِ وَالمِيْمُ مَجْدُ اللهِ .
Maka
kami katakan bahwa diantara makna-makna halus yang berkaitan dengan Bismillah
adalah seperti dikatakan ; bahwa huruf Ba artinya keagungan Allah, huruf Sin
artinya keluhuran derajat Allah dan huruf Mim artinya kemuliaan Allah.
وَقِيْلَ
؛ الباَءُ بُكاَءُ التَّائِبِيْنَ وَالسِّيْنُ سَهْوُ الغاَفِلِيْنَ وَالمِيْمُ
مَغْفِرَتُهُ لِلْمُذْنِبِيْنَ
Dan
disebutkan ; huruf Ba artinya tangisan orang-orang yang bertaubat, huruf Sin
artinya lalainya orang-orang lupa dan huruf Mim artinya ampunan Allah Swt
kepada orang-orang yang berdosa.
وَقاَلَ
بَعْضُ الصُّوْفِيَّةِ ؛ أَللهُ ِلأَهْلِ الصَّفاَ , الرَّحْمَنُ ِلأَهْلِ الوَفاَ
, الرَّحِيْمُ ِلأَهْلِ الجَفاَ .
Sebagian
Ulama ahli Tasawuf berkata ; dalam kalimat Bismillah Allah adalah bagi ahli
shofa (yang suci hatinya), Ar-Rohmaan adalah bagi ahli Wafa (yang dikabulkan
permohonannya) dan Ar-Rohiim adalah bagi ahli Jafa (jahat dan durhaka kepada
Allah Swt).
وَقاَلُوْا
؛ أَوْدَعَ اللهُ جَمِيْعَ العُلُوْمِ فىِ الباَءِ أَىْ بىِ كاَنَ وَبىِ يَكُوْنُ
ماَ يَكُوْنُ , فَوُجُوْدُ العَواَلِمِ بىِ وَلَيْسَ لِغَيْرِى وُجُوْدٌ
حَقِيْقِىٌ إِلاَّ بِالإِسْمِ وَهُوَ مَعْنَى قَوْلِهِمْ ؛ ماَنَظَرْتُ فىِ شَيْءٍ
إِلاَّ وَرَأَيْتُ اللهَ فِيْهِ أَوْ قَبْلَهُ
Para
Ulama ahli Tasawuf atau ahli makrifat berkata ; Allah menyimpan semua ilmu pada
huruf Ba, artinya “Olehku telah terjadi sesuatu telah terjadi, olehku pula akan
terjadi sesuatu akan terjadi”. Oleh karenanya wujud semua alam adalah sebab
Aku, dan selain Aku tidak ada wujud yang hakiki kecuali dengan nama-Ku, hal ini
adalah makna pendapat para Ulama ahli makrifat, yaitu “Tidak semata-mata aku
melihat sesuatu perkara melainkan aku melihat Allah Swt akan adanya perkara itu
atau sebelum adanya perkara itu”
Makna isim
واسم: أصله سمو بكسر السين، أو سمو
بضمها، وهو عند البصريين مشتقّ من السّمو «2» .
ت: وهو العلو والارتفاع.
Artinya : “ isim adalah berasal dari kalimat
simmu dengan sin yang kasrah maknanya (tinggi), atau dengan summu dengan
dommah. Ini menurut ulama bashrah diambil dari kalimat sumu yaitu maknannya
tinggi .
Makna Allah SWT
{ الله } : إسم علم على ذات الربّ تبارك وتعالى يُعرف به .
Artinya:
Allah adalah isim alam’ atas dzat Tuhan tabaraka wa ta’ala yang dikenal
dengan nama itu. (tafsir aysaruttafasir).
Makna
arrahman
ف { الرحمن } ذو الرحمة الشاملة
التي وسعت الخلق في أرزاقهم ومصالحهم ، وعمّت المؤمن والكافر .
Artinya : arrahman adalah yang Mempunyai rahmat yang menyeluruh
yaitu rahmatnya meluas kepada semua makhluk dalam pembagian rizqi dan
kemaslahatan mereka. Dan rahmatnya itu umum untuk orang mukmin dan kafir.
Makna Arrahim
{ الرحيم } خاص للمؤمنين كما قال تعالى : { وَكَانَ بالمؤمنين
رَحِيماً } [ الأحزاب : 43 ] .
Artinya : (arrahman) khusus untuk orang
beriman sebagaimana firman Allah SWT : “Dan adalah Dia Maha Penyayang kepada
orang-orang yang beriman”.
Hukum basmalah
Apakah bismillah merupakan bagian dalam surat
Al-Fatihah ?
Jawab :
Ulama sepakat bahwa bismillah yang terdapat
dalam surat An-naml itu merupakan ayat. Namun
Para ulama berselisih pendapat tentang
masalah ini, dan insyaAllah saya akan kemukakan sebagai berikut :
- imam
malik dan abu hanifah mengatakan bahwa ini bukanlah ayat dari fatihah.
- adapun
imam syafi’I mengatakan bahwa ini merupakan ayat Al-qur’an.
Apakah hukum membaca bismillah dalam shalat ?
Jawab :
Menurut imam abu hanifah hal tersebut
disunnahkan. Namun menurut imam syafi’I diwajibkan jika ia meninggalkannya maka
batal shalatnya.
Hikmah mengucapkan bismillah
Ada orang-orang yang membenci Al-Qur’an mengatakan bahwa kalimat
bismillah diambil dari kitab-kitab sebelumnya, George sale mengatakan bahwa
kalimat itu diambil dari zend avesta. Maka rodwell berpendapat bahwa
orang-orang arab sebelum islam mengambil kalimat itu dari orang yahudi lalu
memasukkannya kedalam Al-Qur’an, ini adalah pemahaman yang tidak benar. Ini
adalah pendapat kaum orientalis modern.
Ketika membaca bismillah maka secara sadar atau tidak kita telah
masuk kedalam naungan pertolongan Allah SWT, sebab jika kita memulai membaca
bismillah maka maknanya :
1.
Kita telah menghubungkan diri kita
dengan Allah.
2.
Kita menyadari sepenuhnya bahwa
perbuatan itu dilakukan karena Allah dan untuk meraih ridha-Nya.
3.
Kita menyadari sepenuhnya bahwa tanpa
kekuatan yang diberikan Allah kita tidak akan mampu melakukan aktivitas apapun.
Kekuatan
manakah yang menandingi kekuatan Allah ? pertolongan manakah yang menandingi
pertolongan Allah ? kepada siapakah kita bisa meminta pertolongan ? semua hanya kepada Allah SWT karena Ialah
yang memberikan solusi yang terbaik bagi setiap permasalahan yang ada pada
pribadi kita masing-masing. Maka orang yang membaca bismillah pada setiap
pekerjaannya, berarti ia memulai dengan meminta bantuan Allah SWT, sebab
bergeraknya sendi-sendi tubuh kita itu bukan dari kemampuan kita semata, tapi
ada kekuatan yang Maha dahsyat yaitu kekuatan Allah SWT.
Rasulullah
SAW bersabda dalam salah satu haditsnya : “Penghalang antara mata jin dan aurat Bani Adam, apabila salah
seorang dari mereka melepas pakaiannya, ialah dengan membaca Bismillah. Dan Apabila seorang masuk ke rumahnya dan
mengingat Allah (berdzikir) ketika masuknya dan ketika makan, maka setan
berkata: “Tidak ada tempat istirahat dan makan malam untuk kalian.” Dan apabila
ia masuk dan tidak mengingat Allah ketika masuk, maka setan berkata: “Kalian
telah mendapatkan tempat istirahat.” Dan apabila ia tidak mengingat Allah
ketika makan, maka ia berkata:”Kalian mendapatkan tempat istirahat dan makan
malam”
Bersabda
Nabi s.a.w.: "Ketika turunnya Bismillaahir rahmaanir rahiimi,
bergembiralah ahli langit dari bangsa Malaikat, bergoncanglah 'Arasy kerana
turunnya. Turut serta bersamanya 1000 Malaikat. Dan, bertambahlah iman para
Malaikat. Dan, tunduklah segala jin dan bergetar segala planet. Gementar segala
sendi-sendi kerana turunnya." Dari Abu Na'im dan Ibn Sunni dari Siti
Aisyah r.anhuma: "Ketika turun Bismillaahir rahmaanir rahiimi, mengucap
tasbihlah gunung-ganang hingga dapat mendengar para penduduk Mekah dan
sekitarnya. Lalu mereka berkata:"Rupanya Muhammad yang menyihir
gunung-gunung itu." Kemudian Allah bangkitkan awan hingga meneduhkan
penduduk Mekah."
Rasulullah s.a.w. bersabda:
" Barangsiapa mengucapkan Bismillaahir rahmaanir rahiimi dan Laa haula
walaquwwata illaa billaahil aliyyil adzhiim, Allah lepaskan dia dari 70 pintu
bala dan kesukaran, dukacita dan kesakitan." Dari al-Waqii dan
Ats-Tsa'labi dari Ibnu Mas'ud r.a.: "Barangsiapa ingin dipelihara oleh
Allah dari seksaan Neraka Zabbaniah yang sembilanbelas, maka hendaklah dia
mengucapkan Bismillaahir rahmaanir rahiimi. Karena Allah menjadikan tiap-tiap
huruf Bismillah itu sebagai perisai." Dari ad-Dailami dari Ibnu Mas'ud
r.a., bersabda Rasulullah s.a.w.: "Barangsiapa membaca Bismillaahir
rahmaanir rahiimi, dituliskan baginya tiap-tiap huruf 4000 kebajikan,
dihapuskan darinya 4000 keburukan dan diangkat dia 4000 darjat."
Bersabda Nabi s.a.w.: "Jin itu suka
memakai barang-barang kepunyaan manusia dan pakaian mereka. Oleh
itu,barangsiapa mengambil atau menaruh pakaian, ucapkanlah Bismillaahir
rahmaanirrahiimi. Kerana sesungguhnya nama Allah yang dibacakan di situ
merupakan cop mohor Allah." Pengertian dari hadith di atas ialah hendaklah
kita mengucapkan Bismillaahir rahmaanirrahiimi setiap kali kita menyimpan atau
mengambil barang-barang kepunyaan kita agar terjaga daripada jin dan Syaitan.
Bukan sahaja kita mendapat pahala dari mengucapkannya tetapi juga mendapat
keberkatan dan keselamatan atas harta-benda
mahupun diri dan segala usaha kita. Dari Anas bin Malik bersabda Nabi s.a.w.:
"Andaikata pepohon dijadikan pena dan lautan dijadikan tinta, lalu
dikumpulkan semua jin, manusia dan Malaikat untuk membuat buku dan menulis erti
Bismillaahir rahmaanirrahiimi selama sejuta tahun, mereka tidak akan sanggup
mengertikannya walau hanya satu persepuluh darinya."
Dikisahkan
di dalam Kitab Khozinatul-Asror bahawasanya Allah Ta'ala itu mempunyai 3000
namayang mana 1000 nama hanya diketahui oleh para Nabi-Nabi Allah, 300 nama
disebutkan di dalam Kitab Taurat, 300 nama disebutkan di dalam kitab Injil, 300
nama disebutkan di dalam Kitab Zabur, 99 nama disebutkan di dalam
al-Qur'anulkariim manakala 1 berada di sisi Allah. Dan, adapun makna daripada
keseluruhan 3000 nama ini terhimpun di dalam 3 nama-nama Allah iaitu Allah,
Arrahmaan dan Arrahiim yang termaktub pula di dalam kalimah Bismillaahir
rahmaanir rahiimi. Maka, barangsiapa mengajarkan dan mengucapkan Bismillaahir
rahmaanir rahiimi umpama ia menyebutkan keseluruhan 3000 nama-nama Allah.
Adapun sesungguhnya kalimah Bismillaahir rahmaanir rahiimi itu ada sembilanbelas
huruf dan Malaikat-Malaikat penjaga Neraka itu juga ada sembilanbelas. Maka,
barangsiapa membaca Bismillaahir rahmaanir rahiimi dengan penuh ikhlas dan
yakin kepada Allah, nescaya terhindarlaj dia daripada siksaan Malaikat
Zabbaniah.
Dan,
barangsiapa mengucapkan Bismillaahir rahmaanir rahiimi banyak-banyak dengan
harapann mendapat rezeki, nescaya akan diberikan Allah rezekidengan mudah dan
tidak terduga olehnya. Serta,diberi kurnia kehebatan di hati manusia dan di
sisi alam yang tinggi ( yakni Malaikat ) dan alam yang rendah ( yakni manusia
dan lain-lain makhluk Allah di mukabumi ).
الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ
[١:٢]
Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam.
(alfatihah 2).
Tafsir lughowi
Permasalahan-permasalahan
:
- alif lam pada kalimat ini
- makna hamd dan madh
- huruf lam pada kalimat lillahi
- makna Rab
- makna ‘alamin
Jawab :
Pertama :
alif lam pada kalimat alhamdulillah
Imam arrazi
dalam tafsirnya :
Alif lam
pada kalimat Alhamdulillah mengandung beberapa aspek :
- alif lam ikhtisos (pengkhususan)
Seperti : الباب للفصل
- alif lam milk (kepemilikan)
Seperti : المالُ لمحمد
- alif lam istihqoq (keberhakan)
Seperti : الْحَمْدُ لله
lam pada
kalimat Alhamdulillah mengandung beberapa aspek :
- ikhtisos (pengkhususan)
Seperti : الْجُلُّ لِلْفَرَسِ
- milk (kepemilikan)
Seperti : الدَّارُ لِزَيْدٍ
- isti’la (meninggikan)
Seperti : الْبَلَدُ لِلسُّلْطَانِ
Kedua :
makna hamd dan madh dan asyukru
Alhamdu :
Yaitu pujian yang disertai dengan mahabah (kecintaan) dan pengagungan
atas kebaikan dari suatu anugrah kenikmatan, kebaikan yang diberikan
oleh seseorang. Diberikan bisa karena ilmunya, kebaikannya, kasih sayangnya
atau seperti ditolong dan lainnya, dan pujian ini boleh digunakan hanya pada
yang berakal tidak diberikan kepada patung dan mayat.
Almadhu : yaitu pujian yang disebabkan karena kebaikan atau
tidak sama sekali. Jadi pujian ini diberikan kepada patung, pohon, baik
benda hidup atau mati. Seperti pujian orang yang sedang menjilat.
Syukru : yaitu pujian yang diberikan lantaran kebaikan seseorang
terhadapnya bukan karena sifat baiknya, tapi karena amaliyahnya dia berbuat
baik terhadapnya. Jadi apabila orang member kita makan kita baru bersyukur.
Ketiga : memuji dengan madh itu dilarang
Memuji dengan Madh (dengan maksud menjilat) itu dilarang
sebagaimana hadits dari baginda Rasul SAW :
«احْثُوا التُّرَابَ فِي وُجُوهِ الْمَدَّاحِينَ»
Artinya : “
lemparkanlah tanah pada muka orang yang memuji (dengan menjilat)”
«مَنْ لَمْ/ يَحْمَدِ النَّاسَ لَمْ يَحْمَدِ اللَّهَ»
Artinya : “ barangsiapa yang tidak (bersyukur) kepada manusia maka
ia tidak memuji Allah”
Kita sering beranggapan bahwa hanyalah yang diberi itu merupakan
nikmat. menurut kami kurang tepat. Karena menurut segelintir ulama : “ tertolak
dari bala merupakan nikmat dari Allah, ada yang mengatakan bahwa nikmat
pemberian itu lebih banyak dari nikmat tercegah dari bala’. Karena nikmat
tertolak bala itu tidak terbatas, karena kita tidak tahu kapan kita tercegah
dari bala, banyak kemungkinan untuk kita terkena bala. Sedangkan nikmat
pemberian itu terbatas. Maka nikmat tercegah bala lebih penting dari nikmat
pemberian.
Keempat : kedalaman makna Alhamdulillah
Syaikh mutawalli sya’rowi sering berkata bahwa ketika ada orang
menolong kita dengan memberikan bantuan ini itu, ketika kita sakit kita
diberikan pertolongan, otomatis kita akan jadi sangat hormat dengan orang itu
dan kita banyak sekali berterimakasih, bahkan kita tidak akan lupa dengan orang
itu seumur hidup kita walaupun kita ketemu hanya sekali, dan kita selalu
menceritakan tentang dia dimana-mana. Tapi bagaimana Allah memberikan
kenikmatan dan Rahmat kepada kita ? kita manusia yang sangat mudah untuk kufur
nikmat, namun Allah masih berikan kita keringanan untuk bersyukur kepada Allah.
Hanya dengan mengucapkan 2 kata : “ alhamdu lillah”.
Kelima :
mengapa dikatakan Alhamdulillah ?
Mengapa tidak dikatakan “ahmadu lillah” malah “Alhamdulillah”
?
- kalau dikatakan ahmadu lillah, dapat dipahami bahwa ada kemampuan
memuji pada Allah SWT padahal jika diartikan dengan “Alhamdulillah”
maknanya bahwa Allah itu Mahmud (Maha Terpuji) sebelum adanya pujian
orang yang memuji sebelum adanya syukur orang yang bersyukur. Baik manusia itu
memuji atau tidak, mau bersyukur atau tidak Allah telah Maha Terpuji sejak
zaman Azali.
- makna
Alhamdulillah : “ Alhamda wa tsana wa milkuhu haqqun lillahi” karena
sesungguhnya Allah yang paling berhak dipuji karena pemberianNya dan kasih
sayangNya. Karena kalau kita mengucapkan “ahmadu lillah” belum
menunjukkan bahwa yang kita puji itu berhak menerima pujian itu.
- ketika
menyebutkan “ahmadulillah” maka kita telah memuji dengan pujian yang
kurang layak. Akan tetapi jika kita mengucapkan “Alhamdulillah” maka
seakan-akan kita mengatakan : “ man ana hatta ahmaduhu ?” (siapa saya
sampai2 memujinya?) kita merasa bahwa pujian kita kurang layak kepada Allah.
- kalimat “Alhamdulillah”
itu mengandung makna ta’dzim atas segala pemberian. Adapun ketika kita
mengucapkan kalimat “ahmadulillah” jika hatinya itu lalai dari rasa ta’zim maka pujian itu dusta.
Sedangkan ketika kita mengucapkan “Alhamdulillah”
baik hati kita lalai dari rasa
ta’dzim atau tidak tetap mengandung unsur ta’dzim. Sama seperti kalimat : “ la ilaha illallah” (tidak mengandung dusta)”. Sedangkan kalimat : “ asyhadu alla ilaha illallah” (mengandung dusta).
Keenam :
fadhilah alhamdulillah
Rasulullah SAW
bersabda :
عَنِ النَّبِيِّ عَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ،
أَنَّهُ قَالَ إِذَا أَنْعَمَ اللَّهُ عَلَى عَبْدِهِ نِعْمَةً فَيَقُولُ
الْعَبْدُ الْحَمْدُ لِلَّهِ فَيَقُولُ اللَّهُ تَعَالَى: «انْظُرُوا إِلَى
عَبْدِي أَعْطَيْتُهُ مَا لَا قَدْرَ لَهُ فَأَعْطَانِي مَا لَا قِيمَةَ لَهُ» ،
Artinya : “ apabila allah memberikan nikmat kepada hambanya satu
nikmat, maka berkata hamba tersebut Alhamdulillah, maka Allah menjawab : “
lihatlah kalian malaikat kepada hambaku, aku telah beri ia apa-apa ia tidak
mampu, maka berilah aku apa-apa yang tidak ada kekuatan baginya”. (tafsir mafatihul ghaib).
Ketujuh : lebih utama tasbih atau tahmid
Ini menjadi
perselisihan ulama :
yang mendahulukan tasbih alasannya ,
telah tertera dalam hadits nabi SAW.
Sebab Allah SWT Berfirman :
وَمَا
آتَاكُمُ الرَّسُولُ فَخُذُوهُ وَمَا نَهَاكُمْ عَنْهُ فَانْتَهُوا ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۖ إِنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ [٥٩:٧]
Artinya : “Apa yang diberikan Rasul kepadamu,
maka terimalah. Dan apa yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah. Dan
bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah amat keras hukumannya.
(al-hasyr – 7)
Rasulullah
SAW bersabda :
ابْدَؤُوا بِمَا بَدَأَ اللَّهُ بِهِ
Artinya
: “ mulailah dengan apa-apa yang dimulai oleh Allah dengannya” (daruqutni)
yang mendahulu tahmid adalah :
(dipandang dari segi hikmah)
- bahwa tahmid itu mengandung kalimat tasbih
- kalimat tasbih menujukkan
kesempurnaan, dan kalimat tahmid diatas kesempurnaan. (mafatihul ghaib).
Kedelapan
: tahmid para Nabi
- Kalimat Alhamdulillah yang pertama
kali diucapkan oleh nabi adam ketika bersin adalah Alhamdulillah dan ucapan
ahlul jannah adalah Alhamdulillah (al-a’raf 43)
- nabi nuh selamat dari banjir
mengucapkan Alhamdulillah (muminum 23 : 28)
- nabi
Ibrahim ketika tidak jadi menyembelih anaknya . (Ibrahim 14 – 39)
- nabi
daud dan sulaiman ketika diberi kekuasaan (annaml 27 – 15)
Kesembilan
: makna Rab
Dalam
durrul masun syaikh samin halbi mengatakan :
الربُّ لغةً : السيِّدُ والمالك والثابِت والمعبود الصاحب
Artinya : “Rab menurut bahasa : tuan, raja, yang tetap
yang disembah, yang mempunyai”.
- memimpin : رب َّ القوم
- memiliki : ربُّ البيت (shahib/malik)
- memperbaiki / mendidik : tarbiyah : ربَّ
الامر
- memelihara (mutawalli) : ربَّ
الصبيَّ
Makna
lain :
ربابة/
ربُوبِية / ربوبة : ketuhanan
ربَّانيِ : orang yang telah mencapai derajat makrifat
Kesepuluh : semua nikmat berasal dari Allah
SWT
Imam
fakhruddin arraz mengatakan dalam tafsirnya:
إِنَّ كُلَّ مَنْ أَنْعَمَ عَلَى غَيْرِهِ بِإِنْعَامٍ فَالْمُنْعِمُ
فِي الْحَقِيقَةِ هُوَ اللَّهُ تَعَالَى، لِأَنَّهُ لَوْلَا أَنَّهُ تَعَالَى
خَلَقَ تِلْكَ الدَّاعِيَةَ فِي قَلْبِ ذَلِكَ الْمُنْعِمِ وَإِلَّا لَمْ يُقْدِمْ
عَلَى ذَلِكَ الْإِنْعَامِ، وَلَوْلَا أَنَّهُ تَعَالَى خَلَقَ تِلْكَ النِّعْمَةَ
وَسَلَّطَ ذَلِكَ الْمُنْعِمَ عَلَيْهَا وَمَكَّنَ الْمُنْعَمَ عَلَيْهِ مِنَ
الِانْتِفَاعِ لَمَا حَصَلَ الِانْتِفَاعُ بِتِلْكَ النِّعْمَةِ، فَثَبَتَ أَنَّ
الْمُنْعِمَ فِي الْحَقِيقَةِ هو الله تعالى.
Artinya : “ sesungguhnya setiap orang yang diberikan nikmat oleh
Allah atas lainnya dengan kenikmatan yang banyak. Maka yang memberikan nikmat
pada haqiqatnya adalah Allah SWT.
Sesungguhnya Allah SWT lah yang membuat motivasi didalam hati orang yang
memberikan nikmat maka jika tidak tidak ada yang namanya pemberian nikmat. karna
Allah SWT lah yang menciptakan nikmat tersebut dan allah SWT lah menguasai
orang yang memberi nikmat itu atasnya, dan Allah lah yang memungkin orang yang
diberi nikmat itu bisa memanfaatkan nikmat yang telah dihasilkan dengan nikmat
tadi maka, maka telah ditetapkan bahwasanya yang memberikan nikmat secara
haqiqat adalah Allah SWT.
Kesebelas : nabi Dawud yang mengaku tidak
bisa bersyukur kepada Allah SWT
وَنُقِلَ أَنَّ دَاوُدَ عَلَيْهِ السَّلَامُ قَالَ: يَا رَبِّ كَيْفَ
أَشْكُرُكَ وَشُكْرِي لَكَ لَا يَتِمُّ إِلَّا بِإِنْعَامِكَ عَلَيَّ وَهُوَ أَنْ
تُوَفِّقَنِي لِذَلِكَ الشُّكْرِ؟ فَقَالَ: يَا دَاوُدُ لَمَّا عَلِمْتَ عَجْزَكَ
عَنْ شُكْرِي/ فَقَدْ شَكَرْتَنِي بِحَسَبِ قُدْرَتِكَ وطاقتك.
Artinya :
dinukil bahwasanya dawud As berkata : “ wahai tuhanku bagaimana aku bisa
bersyukur kepadaMu, dan syukurku pun bagiMu tidak tidak akan sempurna kecuali
dengan nikmat yang Kau berikan kepadaku, sedangkan Kaulah yang memberikan
kemampuan kepadaku dengan syukur tersebut ?
Allah SWT berfirman : “ wahai daud, ketika engkau mengetahui kelemahanmu
dalam bersyukur kepada ku, maka sungguh engkau telah bersyukur kepada dengan
kadar dan kemampuan mu.
Keduabelas : kalimat Alhamdulillah kalimat
ketaatan yang tidak punya ujung.
أَقُولُ: هَاهُنَا دَقِيقَةٌ أُخْرَى، وَهِيَ أَنَّ نِعَمَ اللَّهِ
تَعَالَى عَلَى الْعَبْدِ فِي الدُّنْيَا مُتَنَاهِيَةٌ، وَقَوْلَهُ الْحَمْدُ
لِلَّهِ حَمْدٌ غَيْرُ مُتَنَاهٍ، وَمَعْلُومٌ أَنَّ غَيْرَ الْمُتَنَاهِي إِذَا
سَقَطَ مِنْهُ الْمُتَنَاهِي بَقِيَ الْبَاقِي غَيْرَ مُتَنَاهٍ، فَكَأَنَّهُ
تَعَالَى يَقُولُ: عَبْدِي، إِذَا قُلْتَ الْحَمْدُ لِلَّهِ فِي مُقَابَلَةِ
تِلْكَ النِّعْمَةِ فَالَّذِي بَقِيَ لَكَ مِنْ تِلْكَ الْكَلِمَةِ طَاعَاتٌ
غَيْرُ مُتَنَاهِيَةٍ، فَلَا بُدَّ مِنْ مُقَابَلَتِهَا بِنِعْمَةٍ غَيْرِ
مُتَنَاهِيَةٍ، فَلِهَذَا السَّبَبِ يَسْتَحِقُّ الْعَبْدُ الثَّوَابَ
الْأَبَدِيَّ والخير السرمدي، فثبت أن قول العبد الحمد لِلَّهِ يُوجِبُ سَعَادَاتٍ
لَا آخِرَ لَهَا وَخَيْرَاتٍ لَا نِهَايَةَ لَهَا.
Artinya: disini satu
COMMENTS